Apakah Dosa Pahala itu Seperti Kontrakan, Habis Dosa dibayar di neraka,Habis pahala dibayar Disorga. selanjutnya Dilempar ke Ruang Hampa???
Ataukah Dosa perlu Jalan Penebusan?
dosa semikron manusia Vs Kesucian Absolut TUHAN
tatkala timbangannya menunjukkan 50.1% (porsi baik) lawan 49.9% (porsi jahat) untuk seseorang, maka orang tersebut "seolah pantas" dilayakkan memperoleh keselamatan. SALAH!
Tuhan yang Maha Suci, Maha sempurna dan Absolut itu mustahil membenarkan 49,9% kejahatan, bahkan tidak seper-semikron sekalipun!
Jadi...standar nya yg benar apa...???bukan kah ada juga hukum 1%haram + 99%tidak haram. Menjadi barang haram 100%...???
Terima atau tidak... Dosa tidak Pernah diperlakukan menurut "hukum-proporsi", melainkan "hukum-esensi" : "Sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan" (1 Korintus 5:6).
Kita menyadari bahwa dosa yang paling berbahaya adalah jikalau kita menganggap diri kita sebagai orang yang baik dan saleh (lalu melabrak orang-orang yang dianggap "kalah saleh" atau membakar rumah yang dianggap maksiat). Kesalehan yang tidak saleh ini telah diperingatkan wanti-wanti dalam Alkitab
"ada orang saleh yang binasa dalam kesalehannya (Pengkotbah 7:15).
Perhatikan, bahwa Allah melarang kita berdusta, congkak, bernafsu/rakus, berzinah, mencuri/korupsi, mementingkan diri sendiri, menghina, bertengkar, munafik, iri hati, marah/benci, dendam, kejam, memeras, memfitnah, memberontak, membunuh, tidak taat, tidak-setia, putus-asa, dll. Apakah kita mampu mengosongkan semua ini dari diri kita secara murni?
Bukankah bahkan didalam setiap tindak-kebaikan kita, masih akan terselip kejahatan dan kesalahan? Misalnya, ketika memberi/ sedekah kita diam-diam mengharapi pujian; ketika bersembayang kita ngelantur (riya); ketika berkotbah kita tidak berperilaku seperti yang dikhotbahkan, ketika menolong kita mengharapkan (bahkan menuntut) pamrih, dll. Singkatnya,ketika kita berbuat jahat maka betul kita berbuat jahat, namun tatkala kita berbuat baik-pun masih terselip perbuatan-perbuatan jahat. Maka adakah satu hari di dunia nyata ini dimana kita tidak menjadi orang berdosa dalam arti kata yang termurni?
Sama seperti Adam yg sebelum jatuh kedalam Dosa tiap hari melaksanakan Perintah Tuhan. Hanya Melanggar 1 saja..memakan yg dilarang Tuhan. Adam Langsung "Didiskualifikasi" dari Hadiratnya. Menjadi najis.
Sampai kultur Dosa melekat kesemua Keturunan nya.
Dengan sebuah pelanggaran saja, kita akan dihakimi dan dihukum (Roma 5:16)
terlepas dari seribu/ sejuta kali tidak melanggarnya. Ini berarti bahwa dosa kitalah yang akan meng-offset (menghapus) semua amal-pahala kita, dan bukan sebaliknya seperti yang dianggap banyak orang bahwa "amal-pahala" yang meng-offset dosa yang kita perbuat".
Bila pahala sanggup meng-offset dosa artinya tindakan insani manusia mampu mengubah posisi surgawi,
maka sungguh Allah selalu ditempatkan dipihak yang "berhutang budi" atas amal dan jasa manusia. Bahkan bisa-bisa Allah tidak diperlukan lagi sepanjang kita ber-amal jasa lebih banyak!
Inilah Tuhan yang Maha Sempurna. Bukan celup Angkat neraka ke sorga. Kaya anak anak main boneka??
Tuhan tidak pernah Main main dgn Dosa.
Supaya Dosa itu Dihapus. Bukan main Timbang Timbangan dihadapan Tuhan.
Harus Ada Tebusan...setiap kali berbuat Dosa.
Tapi Baik Yahudi maupun Kristen sudah memahami Konsep Penebusan itu. Karena sudah ada Sejak dahulu atau Sejak jaman Hukum Taurat Di Turunkan Kepada Musa.
Ini salah Satunya:
Imamat 5:17-19 (TB) Jikalau seseorang berbuat dosa dengan melakukan salah satu hal yang dilarang TUHAN tanpa mengetahuinya, maka ia bersalah dan harus menanggung kesalahannya sendiri.
Haruslah ia membawa kepada imam seekor domba jantan yang tidak bercela dari kambing domba, yang sudah dinilai, sebagai korban penebus salah. Imam itu haruslah mengadakan pendamaian bagi orang itu karena perbuatan yang tidak disengajanya dan yang tidak diketahuinya itu, sehingga ia menerima pengampunan.
Itulah korban penebus salah; orang itu sungguh bersalah terhadap TUHAN."
Jadi. Tidak bisa dibayar dengan kebaikan Kita yah. Tuhan ga Hutang apa apa... seakan Supaya Tuhan membenarkan kelakuan Busuk kita dengan kebaikan Kita.
Kini, karena sudah ditetapkan Allah sendiri bahwa setiap pelaku dosa harus dihukum mati dalam kekekalan (dengan istilah "upah dosa adalah maut", Kejadian 2:17, Roma 6:23),
Neraka selamanya adalah suatu Kepastian bagimu
maka manusia tidak mungkin bisa membayar harga sebesar itu dengan usaha amal-ibadah atau cara apapun. Itu sama halnya dengan hukuman mati di pengadilan yang tak bisa dilunaskan dengan jasa apapun yang pernah dibuat oleh si terhukum!
Diperlukan pertolongan dan kekuatan dari luar sebagai penyelamat atau penebus.
Dicontohkan satu kasus tebusan sebagai berikut :
Ada cerita tentang seorang wanita muda yang tertangkap di diskotik ketika sedang diadakan razia narkoba oleh aparat negara. Ia dihadapkan ke meja-hijau. Jaksa penuntut membacakan dakwaan dan tuntutan. Maka, sang Hakim-pun bertanya kepada si tertuduh : “Anda bersalah atau tidak bersalah?”
Gadis tersebut mengaku bersalah, minta ampun dan ingin bertobat. Namun sang Hakim yang adil itu tetap mengetuk palunya mendenda Rp. 10,000,000.-- atau penjara 3 bulan. Tiba-tiba terjadi hal yang mengagetkan semua orang dalam sidang tersebut. Sang Hakim turun dari kursinya sambil membuka jubahnya. Ia segera menuju kursi si terhukum, mengeluarkan uang 10juta dari tas-nya untuk membayar denda si gadis. Mengapa? Ternyata sang hakim tersebut adalah bapak dari si gadis. Walau bagaimanapun cinta yang bapak kepada anak-gadisnya, ia tetaplah Hakim yang adil dan tidak bisa berkata : "Aku mengampuni kamu, karena kamu menyesal dan bertobat." Atau mengatakan : "Karena cintaku kepadamu, maka Aku mengampuni kesalahanmu."
Hukum keadilan tidak memungkinkan sang Hakim mengampuni dosa anaknya dengan sesukanya "tanpa prosedur harga." Maka ia yang begitu mengasihi anaknya bersedia turun dari kursi dan menanggalkan jubah kehakimannya, lalu menjadi wali untuk membayar harga denda. Inilah jalan satu-satunya bagi seorang hakim yang adil untuk memberi pengampunan bagi seorang terhukum yang dikasihinya
Dan inilah analogi untuk Yesus Kristus yang menanggalkan jubah keilahian-Nya dan turun ke dunia menjadi manusia demi untuk membayar harga MAUT di kayu salib, yang tidak sanggup dibayar oleh si pendosa sendiri yang sudah terhukum mati. Yesus telah mengatakannya secara lurus, tanpa usah tafsiran, bahwa ‘Anak Manusia (Yesus) datang untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan (nyawa) bagi banyak orang’ (Markus 10:45).
Maka hak-qisas (hukum pembalasan yang setimpal) terhadap hutang nyawa, kini dipenuhi dalam kematian Yesus bagi manusia : "nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan… luka ganti luka, bengkak ganti bengkak" (Keluaran 21:24). Demi menebus kematian Anda dan saya!
Allah bebas tidak terbatas? Menghalalkan segala cara demi kasihNya
Disini, teologi agama-agama yang tidak mengenal konsep penebusan Yesus (tidak mengimani anugerah Ilahi), melainkan hanya menganal konsep usaha diri dalam mencari ridha Allah lewat ibadah-amal-pahala, akan menemui dilema yang besar. Mereka tidak mempunyai cara apapun untuk merekonsiliasikan kedua sifat Allah yang saling menentang, yaitu Maha Kasih versus Maha Adil.
Bagaimana Allah bisa-bisanya Maha Kasih (yang mengampuni dosa),
padahal Ia juga Maha Adil(yang menghukum dosa),
sungguh kontradiktif!
Sebab, jikalau Allah menghalalkan diri-Nya secara bebas dalam mengampuni, semata-mata karena Ia Maka Pengasih dan penyayang, maka tentulah Ia Non-Adil, karena berkolusi, dengan tidak menghukum dosa yang seharusnya tidak dihukum. Pengampunan model begini adalah keputusan tanpa dasar apapun kecuali sewenang-wenang. Allah yang Maha Adil, Maha Benar dan Suci itu sungguh tidak bisa begitu saja menyebut "putih" atas sesuatu yang sebenarnya "hitam". Hukum dan Jalan Allah itu lurus, dan itu yang menjadikan diri Allah terbatas, karena Ia tidak bisa keluar batas dengan mengingkari diriNya sendiri :
*2 Timotius 2:13
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.
Walau demikian, masih banyak orang menafsirkan bahwa Allah itu adalah Pencipta Hukum. Jadi Dia berdaulat dan berdiri sepenuhnya diatas hukum, tidak ada yang bisa membatasi Allah!.
Namun, Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan “dibatasi” oleh hakikat keberadaanNya sendiri, bukan oleh pihak luar manapun. Dia sepenuhnya dapat dipercaya dan konsisten dengan Apa yang diucapkanNya. Dia selalu berkiprah dalam jalur/ batas ucapan dan hukumNya.
Dia tidak berdiri di atas Hukum.
Melainkan diriNya adalah HukumNya, dan HukumNya adalah diriNya.
Allah tidak berubah, dahulu, sekarang dan selamanya!
Maka, Firman Allah itu selalu benar dan kekal, tak ada ayat-ayat susulan yang bisa membatalkan atau menggantikan ayat-ayat terdahulu. Allah yang Maha Tahu dan Benar tidak mengkoreksi diriNya sendiri, dengan alasan apapun!
Makin Dia mengkoreksi, dan makin memberi alasan, makin bukan Allah-lah Dia.
Bagaimana Dengan Keagamaan Kekristenan Sendiri yang berubah Total dari Hukum Taurat?, apakah hukum Tuhan juga Sudah Berubah.? Bukan berubah, tetapi Digenapi oleh Yesus Kristus. Hukum Taurat akan selalu Ada...untuk mendakwa keadaan Manusia, Sebagai manusia yang Harus mati karena dosa
Galatia 3:12 (TB) Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya.
Siapa yang melakukan Taurat akan hidup Karenanya
Siapa yang melanggar Taurat akan Binasa(Dineraka)
Ya,karena Tidak ada satu manusia pun dibenarkan
Karena melakukan Hukum Taurat, manusia Selalu melanggar. Hukum Taurat menjadi Hukum yang mendakwa Semua Manusia: Pantas Binasa! Tidak ada manusia yang benar dihadapan Hukum Taurat.
Jika para nabi nabi dan Orang Saleh dahulu bisa Dibenarkan oleh Hukum Taurat,akan Tetapi
Dengan Kedatangan Yesus Kristus... Hukum Taurat digenapi, dengan meletakan Ke Hukum yang lebih Tinggi Lagi.
Matius 5:27-28 (TB) Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Penggenapan Taurat Oleh Yesus Kristus,dengan meletakan Hukum Taurat ke Tingkat yang lebih Tinggi lagi. Bukankah Berarti lebih Tidak ada lagi yang bisa Dibenarkan dihadapan hukum Taurat.
Hanya dengan pikiran kotor manusia saja...kita sudah dianggap melanggar Hukum itu seperti melakukan nya. Zinah bukan hanya perbuatan tapi juga Pikiran. Mencuri juga Terhitung mencuri hanya Karena Pikiran manusia, inilah Standar Tuhan,kesucian Absolut Tuhan,kekudusan,Kebenaran Tuhan.
Melanggar 1 Ketetapan Tuhan sama dengan melanggar Hukum Itu Keseluruhan
Yakobus 2:10
LAI TB, Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
Jika Sudah Begitu,Apakah Anda ingin Benar dihadapan Hukum Taurat. Atau menerima Yesus sebagai Juruslamat... dengan digenapi nya Hukum Taurat oleh Yesus kristus bukankah Artinya dia bermaksud supaya kita harus Datang Kepadanya Menerima Keselamatan??
Hukum Taurat Adalah Tembok Pemisah Antara Tuhan dengan Manusia.
Sedangkan Yesus adalah Jalan nya
Yohanes 14:6 (TB) Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Bagi yang Sudah Diselamatkan dan Ditebus. Apakah bisa semena mena dan Seenak nya berbuat Dosa lagi??
Yehezkiel 33:13-16 (TB) Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti hidup! — tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya.
Jikalau Tuhan katakan kamu Ditebus Diselamatkan dan kamu menggunakan Keselamatan mu untuk seenaknya berdosa. Keselamatan nya tidak akan diperhitungkan